Gonjang-Ganjing Anggaran Festival Durian Langka di PUT Dialihkan Mulai Mengerucut

zonarafl | 25 January 2025, 03:42 am | 295 views

Posted By: Redaksi 

Zona Raflesia.com – Festival Durian Langka Varietas Unggul Lokal ke-2 di Kecamatan Padang Ulak Tanding (PUT), Kabupaten Rejang Lebong, yang telah berlangsung pada 18–20 Januari 2025, menjadi sorotan tajam. Pasalnya, anggaran kegiatan tersebut yang sebelumnya disahkan oleh DPRD Kabupaten Rejang Lebong pada 2025 dan telah dievaluasi oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu pada Desember 2024, justru dialihkan oleh Pemkab Rejang Lebong ke kegiatan lain tanpa kejelasan yang transparan.

Ishak Burmansyah dari Yayasan Lingkungan Hidup Semangat Bersama, dan sebagai panitia pelaksana festival, mengungkap bahwa anggaran untuk festival tersebut dialihkan ke kegiatan lain yang menurut informasi digunakan untuk festival durian di Dwitunggal, Curup. Meski demikian, festival di PUT tetap berlangsung dengan dukungan terbatas dan tanpa alokasi anggaran dari Pemkab,

“Permasalahan ini mulai mencuat sejak rapat pembahasan pada 20 Desember 2024 yang diadakan di ruang rapat Sekda Rejang Lebong, dipimpin oleh Asisten I Pemkab Rejang Lebong, Pranoto Majid.

Dalam rapat tersebut, Pranoto menyampaikan harapan agar festival durian PUT menjadi agenda tahunan daerah, serupa dengan perayaan ulang tahun Kota Curup. Bahkan, ia mendorong setiap kecamatan di wilayah Lembak untuk mendirikan stan sebagai bentuk partisipasi.

Namun, situasi berubah pada rapat berikutnya pada 31 Januari 2025. Dalam pertemuan yang dipimpin langsung oleh Sekda Rejang Lebong, Ishak Burmansyah, dari Yayasan Lingkungan Hidup Semangat Bersama sekaligus panitia festival, diminta memaparkan persiapan kegiatan. Kejanggalan muncul ketika sejumlah perwakilan Kodim dan Polres Rejang Lebong melontarkan pertanyaan yang dianggap tidak relevan,”paparnya.

Ia juga menjelaskan Salah satu pertanyaan dari pihak Kodim, misalnya, menyarankan agar durian-durian yang telah diidentifikasi pada festival sebelumnya diberi nama. Namun, Ishak menolak usulan tersebut. Ia menjelaskan, “Bahwa pemberian nama durian sebelum proses pelepasan varietas dapat memunculkan risiko, seperti klaim kepemilikan tunggal atas durian tersebut dan kemungkinan biaya tambahan pada saat sidang pelepasan varietas,”tambahnya.

Lebih jauh, dalam rapat tersebut, Wakapolres Rejang Lebong juga mengingatkan dengan nada nyeleneh bahwa kesalahan administrasi dapat berujung pada pidana. Pernyataan itu menambah ketegangan di ruang rapat dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi panitia,”ucapnya.

Dua bulan sebelum festival digelar, Ishak Burmansyah juga sempat dipanggil oleh Kapolres Rejang Lebong. Dalam pertemuan itu, Kapolres meminta data hasil festival durian pertama, termasuk identitas pemilik durian dan lokasi pohon-pohonnya. Ishak menilai permintaan tersebut sebagai upaya yang tidak semestinya karena data tersebut seharusnya digunakan hanya untuk keperluan identifikasi varietas, bukan sebagai bahan investigasi lain.

Meski berbagai persiapan telah dilakukan, festival durian di PUT mengalami pukulan telak. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk kegiatan ini dialihkan secara sepihak oleh Pemkab Rejang Lebong ke kegiatan lain, yakni festival durian di Dwitunggal, Curup. Hal ini membuat pelaksanaan festival durian PUT ke-2 berjalan tanpa dukungan finansial resmi dari pemerintah daerah.

Ishak Burmansyah,  menyampaikan bahwa meskipun anggaran dialihkan, festival tetap dilaksanakan sebagai bentuk komitmen untuk melestarikan varietas durian langka lokal. Namun, situasi ini mencerminkan lemahnya transparansi dan perencanaan pemerintah daerah dalam mendukung kegiatan berbasis potensi lokal yang seharusnya menjadi kebanggaan Kabupaten Rejang Lebong.

“Dialihkannya anggaran festival durian PUT menyisakan tanda tanya besar. Selain soal transparansi, banyak pihak menilai bahwa langkah ini mengabaikan nilai strategis dari pelestarian durian varietas unggul lokal yang menjadi ikon daerah. Hingga kini, Pemkab Rejang Lebong belum memberikan klarifikasi resmi terkait alasan di balik pengalihan anggaran tersebut,” pungkasnya.

Kasus ini kembali mengingatkan pentingnya pengelolaan anggaran yang transparan dan akuntabel, terutama untuk kegiatan yang menyangkut pelestarian budaya dan sumber daya lokal. Polemik festival durian PUT tak hanya mencerminkan ketegangan antara masyarakat dan pemerintah, tetapi juga mengungkap celah dalam tata kelola yang membutuhkan perhatian serius. ( Zorro).

 

Berita Terkait